Profil Desa Pageralang
Ketahui informasi secara rinci Desa Pageralang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen. Mengupas potret ketangguhan masyarakat di wilayah perbukitan, potensi unggulan pertanian lahan kering dan peternakan kambing/domba, serta perjuangan dalam menghadapi tantangan bencana longsor dan kekeringan.
-
Geografi Perbukitan dengan Risiko Ganda
Desa Pageralang memiliki karakteristik geografis perbukitan yang khas di utara Kemranjen, yang secara inheren membawa tantangan ganda berupa kerawanan bencana tanah longsor saat musim hujan dan krisis air bersih saat musim kemarau.
-
Pusat Pertanian Lahan Kering dan Peternakan
Perekonomian desa bertumpu pada keunggulan di sektor pertanian lahan kering (palawija seperti singkong dan jagung) dan peternakan (terutama kambing dan domba) yang sangat adaptif terhadap kondisi alamnya.
-
Ketangguhan dan Solidaritas sebagai Modal Sosial
Masyarakat Pageralang telah mengembangkan tingkat ketangguhan dan semangat gotong royong yang luar biasa, yang menjadi modal sosial paling vital dalam sistem mitigasi bencana dan upaya bertahan hidup.

Jauh dari citra hamparan sawah irigasi yang mendominasi wilayah selatan Kecamatan Kemranjen, Desa Pageralang menyajikan sebuah lanskap dan narasi yang sama sekali berbeda. Terletak di kawasan perbukitan utara, Pageralang merupakan potret perjuangan dan ketangguhan masyarakat dalam beradaptasi dengan kondisi alam yang menantang. Jalanan yang menanjak, lahan miring, serta ancaman bencana musiman telah menempa warganya menjadi komunitas yang ulet dan solid.
Di sini, kemakmuran tidak diukur dari melimpahnya panen padi, melainkan dari keberhasilan menanam palawija di lahan tadah hujan dan berkembangnya ternak yang lincah mendaki perbukitan. Kehidupan di Pageralang adalah sebuah seni menyeimbangkan antara berkah kesuburan tanah perbukitan dengan risiko tanah longsor dan kekeringan yang selalu mengintai. Inilah profil Desa Pageralang, sebuah cerminan dari semangat pantang menyerah di salah satu sudut paling menantang di Kabupaten Banyumas.
Geografi Perbukitan: Karakter dan Risiko
Secara geografis, Desa Pageralang adalah anomali di Kecamatan Kemranjen. Jika sebagian besar desa lainnya berada di dataran rendah yang subur, Pageralang dengan kode pos 53194 berada di zona topografi bergelombang hingga berbukit. Kontur tanah yang miring dan lembah-lembah sempit menjadi ciri khas utama wilayah ini. Kondisi ini secara langsung membentuk karakter desa dan menentukan jenis tantangan yang dihadapi.
Karakteristik perbukitan ini membawa dua risiko bencana alam yang bersifat diametral namun sama-sama berbahaya:
- Kerawanan Tanah LongsorSelama musim penghujan dengan intensitas tinggi, lereng-lereng bukit yang terjal menjadi sangat rentan terhadap gerakan tanah atau longsor. Bencana ini mengancam permukiman warga, lahan pertanian dan kerap kali memutus akses jalan desa.
- Kerawanan KekeringanSebaliknya, saat musim kemarau tiba, struktur tanah di perbukitan sulit untuk menahan air. Sumber-sumber mata air banyak yang mengering, menyebabkan krisis air bersih untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari maupun untuk pertanian.
Kedua ancaman ini menjadi siklus tahunan yang harus dihadapi warga dengan kesiapsiagaan dan kearifan lokal.
Tata Kelola Pemerintahan Adaptif dan Demografi
Pemerintah Desa Pageralang menjalankan roda pemerintahan yang sangat adaptif terhadap kondisi alam. Prioritas utama pemerintah desa, yang dipimpin oleh Kepala Desa, tidak hanya pada pembangunan infrastruktur umum, tetapi secara spesifik pada program-program mitigasi bencana dan pengelolaan sumber daya alam. Koordinasi yang erat dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Dinas Pertanian, dan Dinas Pekerjaan Umum menjadi kunci. Program-program seperti pembuatan terasering, penanaman tanaman keras penahan erosi, dan pembangunan bak penampungan air hujan menjadi agenda rutin.
Berdasarkan data kependudukan resmi per 30 Juni 2025, populasi Desa Pageralang tersebar di antara dusun-dusun yang terletak di lembah dan lereng perbukitan. Pola permukiman yang menyebar ini menjadi tantangan tersendiri dalam pemerataan pembangunan. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada pemanfaatan lahan kering, dengan profesi utama sebagai petani palawija dan peternak.
Ekonomi Lahan Kering: Palawija dan Peternakan sebagai Andalan
Di saat desa-desa dataran rendah membanggakan lumbung padinya, Desa Pageralang membanggakan ladang palawijanya. Sistem pertanian tadah hujan menjadi andalan utama, dengan komoditas yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan ketersediaan air.
Komoditas unggulan dari pertanian lahan kering di Pageralang meliputi:
- Singkong (Ubi Kayu)Menjadi tanaman paling vital, baik untuk konsumsi langsung, bahan baku industri tapioka, maupun diolah menjadi makanan ringan.
- JagungSebagai sumber karbohidrat alternatif dan komponen utama pakan ternak.
- Kacang-kacangan dan Umbi-umbianSeperti kacang tanah, ubi jalar, dan talas yang juga banyak dibudidayakan.
Di samping pertanian palawija, pilar ekonomi kedua yang tak kalah pentingnya ialah sektor peternakan, khususnya kambing dan domba. Ternak ini sangat cocok dengan topografi perbukitan karena kemampuannya mencari makan di lahan miring dan vegetasi semak belukar. Bagi banyak keluarga, ternak kambing atau domba merupakan "tabungan hidup" yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan mendesak atau untuk perayaan hari besar seperti Idul Adha (Qurban). Banyak peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak (KTT) untuk meningkatkan pengetahuan dan skala usaha mereka.
Hidup di Dua Musim Ekstrem: Ancaman Longsor dan Kekeringan
Kehidupan warga Desa Pageralang sangat dipengaruhi oleh pergantian dua musim yang ekstrem. Setiap musim membawa tantangannya sendiri yang memerlukan kewaspadaan dan strategi bertahan yang berbeda.
Saat musim hujan, terutama pada puncaknya, kewaspadaan terhadap bencana longsor meningkat. Suara gemuruh dari pergerakan tanah menjadi sinyal bahaya yang paling ditakuti. Pemerintah desa bersama warga biasanya telah memetakan titik-titik rawan dan menyiapkan jalur evakuasi. Kerja bakti untuk menyingkirkan material longsor yang menutup jalan menjadi pemandangan yang lazim, menunjukkan betapa tingginya semangat gotong royong warga.
Ketika musim kemarau panjang tiba, tantangan berganti menjadi krisis air bersih. Sumur-sumur warga mulai mengering, dan aliran sungai di lembah menyusut drastis. Warga terkadang harus berjalan jauh untuk mendapatkan air dari sumber yang tersisa. Pada kondisi puncak, bantuan distribusi air bersih (dropping) dari BPBD, PMI, maupun lembaga swasta menjadi satu-satunya tumpuan harapan bagi warga untuk memenuhi kebutuhan minum dan masak.
Spirit Gotong Royong sebagai Modal Sosial Utama
Jika ada satu hal yang paling menonjol dari Desa Pageralang, itu adalah modal sosialnya yang luar biasa. Kondisi alam yang keras dan penuh tantangan justru telah menempa ikatan sosial yang sangat kuat di antara warganya. Prinsip gotong royong (kerja sama) dan tepa slira (tenggang rasa) bukan lagi sekadar norma, melainkan strategi bertahan hidup yang paling fundamental.
Semangat ini terlihat jelas dalam berbagai situasi:
- Saat terjadi longsor, para tetangga tanpa dikomando akan segera membantu keluarga yang terdampak.
- Saat musim kering, warga yang masih memiliki sisa air di sumurnya tidak akan segan untuk berbagi dengan tetangga yang kehabisan.
- Dalam pembangunan fasilitas umum seperti jalan setapak atau pos ronda, warga akan bahu-membahu bekerja tanpa pamrih.
Solidaritas sosial inilah yang menjadi benteng pertahanan paling kokoh bagi masyarakat Pageralang dalam menghadapi segala kesulitan.
Kearifan dan Ketahanan dari Atas Perbukitan
Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, adalah sebuah monumen hidup tentang ketahanan manusia. Desa ini mengajarkan bahwa kemakmuran tidak selalu datang dari kelimpahan sumber daya, tetapi dari kemampuan untuk beradaptasi, berinovasi, dan bekerja sama dalam menghadapi keterbatasan dan tantangan. Masyarakatnya telah membuktikan bahwa perbukitan yang rawan bencana sekalipun dapat diolah menjadi sumber kehidupan yang menjanjikan melalui pertanian palawija dan peternakan.
Tantangan ke depan bagi Pageralang ialah meningkatkan kapasitas mitigasi bencana secara berkelanjutan. Pembangunan embung atau waduk kecil penampung air hujan, program reboisasi dan agroforestri untuk menstabilkan lereng, serta peningkatan akses pasar untuk produk-produk unggulan desa menjadi agenda penting. Namun dengan modal sosialnya yang tak ternilai, Desa Pageralang akan terus berdiri tegak, sebagai komunitas tangguh yang memancarkan kearifan dan semangat hidup dari atas perbukitan Banyumas.